Home » , » Kontroversi Trinitas Pada Tahun 320 (Antara Arius dan Athanasius serta keputusan Sinode tentang konsep teologi Agama Kristen)

Kontroversi Trinitas Pada Tahun 320 (Antara Arius dan Athanasius serta keputusan Sinode tentang konsep teologi Agama Kristen)

Written By perbandingan agama on Rabu, 15 Februari 2012 | 15:26

MAKALAH

Kontroversi Trinitas Pada Tahun 320
Antara Arius dan Athanasius serta keputusan Sinode tentang konsep teologi Agama Kristen

Diajukan sebagai tugas Matakuliah Kristologi


























Disusun oleh: Rahman Hadi Saputra





JURUSAN PERBANDINGAN AGAMA
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI
SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2011
BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
"Aku naik kepada Bapaku dan Bapamu, dan kepada Tuhanku dan Tuhanmu." (Yohanes 20:17)

"Tiada ada Allah lain, melainkan Yang Satu  Bagi kita hanya ada satu Allah, Sang Bapa, dan satu Yesus Kristus." (Tulisan Paulus pada tahun 57 M)

Uskup Roma, menulis: "Kristus diutus oleh Tuhan dan para apostel (rasul) diutus oleh Kristus." (Clement I [Clemens Romanus], 88 – 97)

Pada tahun 120 M, Rukun Iman para apostel (Apostles' Creed) mulai dikenal Gereja. Adapun isi Bunyinya sebagai berikut "Saya percaya akan Allah, Sang Bapa Yang Maha Kuasa."[1] Hal ini menjadi sebuah penguat bahwa adanya sebuah kolerasi antara apa yang menjadi paham platonisme tentang emanasi.
Pada tahun 150 M, hadir ditengah- tengah umat Nasrani seorang guru besar Platonisme yang bernama Justin Martyr atau yang sering dikenal sebagai ahli filsafat. Justin Martyr dilahirkan pada tahun 100 M di Syikhem – Palestin dan meninggal pada tahun 165M karena dihukum mati. Tak ada keterangan yang penulis dapat tentang agama apa yang dianut oleh Justin Martyr sebelum beliau masuk Agama Kristen. Sebab ketika beliau masuk agama Kristen, filsafat khas Platonya cukup mewarnai kesederhanaan Nasrani. Terutama dalam pemahaman emanasi yang mempengaruhi konsep teologi agama Kristen. Menurut penulis hal ini harus dapat diidentifikasi terhadap latar belakang agamanya, sebab ditakutkan dirinya merupakan orientalisme[2] agama lain. Tetapi satu analisa telah tertolak dengan mentah kalau Justin Martyr menganut agama Yahudi walaupun dia lahir di Palestin yang menjadi tanah yang dijanjikan oleh tuhannya untuk umat Yahudi. Sebab dalam agama Yahudi dilarang keras untuk menyebarkan agamanya kepada orang yang bukan termasuk kelompoknya dengan kata lain ajaran agama yahudi bersifat eksklusif dengan artian tidak disebar luaskan kepada orang lain yang bukan kelompoknya atau seagama.
Karena pola pikir Justin Martyr cukup mewarnai dan dicap merusak kesederhanaan ajaran Kristen, maka Justin Martyr dihukum mati karena ditakutkan pemahamannya menyebar luas dan hukuman ini sebagai teguran keras kepada umat Kristen lainya yang memahami dan mencoba menyebarluaskannya.
Pada tahun 170 M     Kata "Trias" pertama kali terdapat dalam literature Nasara. Kata "Trinitas" pertama kali digunakan oleh Tertullianus,[3] seorang penulis tarikh gereja. Ada seorang guru Nasrani yang bernama Sabellius, mengajar: Sang Bapa, Sang Putera dan Roh Kudus adalah tiga nama untuk Tuhan yang sama.
Tetapi pada tahun 300 M Bentuk Trinitas dan doa belum dikenal Gereja dan pada tahun  310 M     Lactantius Firmianus, bapa Gereja, menulis "Kristus tidak pernah menamakan dirinya Tuhan." Hal ini menunjukan bahwa ada sebuah perbedaan pemahaman terhadap konsep teologi umat Kristen. Lalu dihangatkan dengan kedatangan surat Arius yang ditujukan kepada Aleksander (seorang Uskup Aleksandria) yang menekankan bahwa tidak mungkin Yesus menjadi Tuhan.[4] Walaupun ini ditanggapi oleh Aleksander sebagai pernak pernik teologi, tetapi muridnya yang bernama Athanius menanggapinya sampai dialog hangat ini ditarik ke Sinode (Muktamar Iznik) di Nacaea.
Hal ini cukup unik untuk dibahas sebab samapi pada saat ini orang- orang atau umat – umat Kristen masih mengguakan konsep trinitas sebagai konsep dasar teologinya. Mungkin banyak sekali yang menjadi pertanyaan, salah satunya apakah seorang Arius dengan argumentasinya itu tidak dapat diartikulasikan sehingga keputusan dari Sinode itu menolaknya? Alasan apa yang menjadi dasar dari keputusan sinode itu untuk menerima konsep trinitas itu? Dan masih banyak lagi bentuk pertanyaannya.

B.      Rumusan Masalah
Agar pembahasan makalah ini tidak terlalu melebar, maka penulis membatasinya dengan rumusan masalah agar pembahasan yang dikaji oleh penulis dalam makalah ini tidak terlalu melebar dan dapat mudah dimengerti oleh pembaca. Adapun rumusan masalah makalah ini, sebagai berikut:
1.       Bagaimanakah konsep trinitas di agama kristen?
2.       Apakah pengertian dari:
a.       Tuhan Bapak
b.      Tuhan Anak
c.       Roh Kudus
3.       Bagaimana kontroversi yang terjadi tentang trinitas?
4.       Bagaimana Argumentasi  Arius tentang trinitas?
5.       Bagaimana Argumentasi Athanius tentang trinitas?
6.       Bagaimana keputusan dari konsili tentang kontroversi trinitas?

C.      Tujuan Penulisan
Apapun bentuk sebuah perbuatan manusia pasti memiliki sebuah tujuan, begitu pula dengan penulis yang membuat makalah ini, disamping makalah ini dibuat sebagai kewajiban penulis sebagai Mahasiswa yang sedang mengenyam matakuliah Kristologi, ada juga tujuan yang lainnya, adapun tujuan dari penulisan makalah ini sebgai berikut:
1.      Ingin memahami konsep trinitas di agama kristen
2.      Ingin mengetahui pengertian dari:
a.  Tuhan Bapak
b.  Tuhan Anak
c.   Roh Kudus
3.      Ingin mengetahui kontroversi yang terjadi tentang trinitas
4.      Ingin mengetahui Argumentasi  Arius tentang Hakekat diri Yesus
5.      Ingin mengetahui Argumentasi Athanius tentang Hakekat diri Yesus
6.      Ingin mengetahui keputusan dari konsili tentang kontroversi trinitas

D.      Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan dalam makalah ini sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
B.      Rumusan Masalah
C.      Tujuan Penulisan
D.      Sistematika Penulisan
E.       Metodologi Penulisan (Penelitian)
BAB II LANDASAN TEORITIS
A.      Triminitas
B.      Tuhan bapak
C.      Tuhan anak
D.      Roh Kudus
BAB III PEMBAHASAN
A.      Kontroversi Trinitas
B.      Pandangan Arius tentang Trinitas
C.      Pandangan Anthanius tentang Trinitas
D.      Hasil Keputusan Konsili tentang kontroversi trinitas
BAB IV PENUTUP
A.      Kesimpulan
B.      Saran

E.       Metodologi Penulisan (Penelitian)
Metodologi dalam penulisan makalah ini hanya sebatas pendeskripsian dari proses kajian pustaka. Dalam etika penulisan karya ilmiah kita menggunakan etika Ilmiah yang tidak memasukan pandangan penulis untuk menilai apa yang dibahas. Bukan penulis terjebak oleh subjektifitas penilaia, tetapi pembahasan penulis dalam makalah ini tentang kontrofersi trinitasyang terjadi pada tahun 320 SM. Berarti ini menunjukan penulis hanya mendeskripsikan sesuatu yang terjadi pada saat itu dengan menggunakan hasil penelitian para pakar teolog yang membahas kontroversi trinitas ini pada tahun 320 SM.

Proses pendeskripsian dalam pembahasan kontroversi trinitas:




BAB II
LANDASAM TEORITIS

A.      Trinitas
Pada tahun 170 M Kata "Trias" pertama kali terdapat dalam literaturn Nasara. Trinitas ini merupakan sebuah konsep teologi umat Kristen yang mengakui bahwa Tuhan Bapa, Tuhan anak (Yesus Kristus), dan Roh Kudus  adalah satu, yaitu satu kepribadian dari tiga bentuk yang berbeda.[5]
Rukun Iman para apostel (Apostles' Creed) mulai dikenal Gereja. Adapun isi Bunyinya sebagai berikut "Saya percaya akan Allah, Sang Bapa Yang Maha Kuasa. Memberi keterangan bahwa tuhan dapat melakukan apapun yang dikehendaki tapi Allah tidak menghendaki sesuatu yang bersifat atau memiliki nilai negative.
Tuhan telah menunjukan dirinya kepada manusia, karena tuhan turun dari tempat keberadaannya untuk berada di dunia yang kecil ini. Dalam proses penampakan ini sebenarnya bukan yang pertama kali dilakukan olehnya, akan tetapi Allah telah menampakan diri dihadapan Nabi Musa, Ibrahim dan lain sebagainya. Tetapi kali ini puncak penampakannya, melalui diri Yesus Kristuslah, Dia berada di Dunia ini. Yesus Kristus dilahirkan ke Dunia ini tidak sama dengan yang manusia lainnya, manusia lainnya, Yesus kristus dilahirkan dari perut perawan Maryam. Karena hal itulah Yesus Kristus dianggap sebagai Tuhan anak.
Karena Yesus Kristus tidak menghendaki sendirian maka Tuhan Bapa dan Tuhan anak mengeluarkan Roh Kudus untuk menemani Yesus Kristus, dan Yesus Kristus mengutus kepada roh kudus untuk menemani pula manusia dan gereja pada waktu Pantekosta. Maka roh kuduspun merupakan sebuah bagian dari Tuhan Bapa dan Tuhan Anak.[6] Maka konsep trinitas ini apabila digambarkan dalam bentuk table sebagai berikut:


























B.      Tuhan Bapak (Versi Djam’anuri)[7]
Allah bapak adalah pencipta langit dan bumi dan dinyakini keberadaannya di Surga. Tuhan bapa adalah Allah maha kasih terhadap ciptaannya terutama manusia. Oleh karena itu Dia suka menampakan diri secara kepada manusia, dengan tujuan untuk menunjukan kepada manusia siapa Dia dan apa yang Dia lakukan. Namun penampakan itu masih memungkinkan manusia jatuh ke dalam kesalahan memandang diri- Nya. Maka puncak dari penampakan Allah kepada manusia dalam diri Yesus Kristus.
Allah Bapak adalah kekal, tidak berpemulaan dan tidak berpenghabisan. Senantia ada dan selalu ada, Allah tidak berubah seperti ciptaannya. Allah tidak menghendaki kesengsaraan bagi manusia dan tidak menginginkan manusia terkena mati. Sengsara dan maut dating karena dosa. Dosa manusia itulah yang mendatangkan sengsara bagi dirinya sendiri dan bagi sesame manusia. Jika tuhan mendatangkan kesengsaraan. Kepada manusia maka itu adalah tidak lain untuk keselamatannya sendiri. Sengsara merupakan  hukuman yang bermanfaat disamping itu juga dapat merupakan cara untuk memurnikan manusia.
C.      Tuhan anak atau Yesus Kristus
Dalam kredo disebutkan: “dan Yesus Kristus Putra-Nya yang tunggal, Tuhan kita”. Umat kristiani pada umumnya yakin bahwa Yesus adalah Tuhan. Ia adalah Putra Allah yang dijanjikan dalam perjanjian lama. Tuhan yang maha kasih telah berjanji akan mengutus seorang penebus ke dunia, yang akan menebus dosa asal manusia serta segala akibatnya. Penebus tersebut tidak lain adalah Yesus Kristus yang di dalam perjanjian lama dan perjanjian baru digambarkan lahir di Betlehem dari seorang anak dara perawan, dan mampu memperbuat mukzizat. Ia adalah imam yang banyak menderita dan akan wafat demi kecintaannya kepada manusia. Menurut perjanjian lama, Sang penebus dosa itu akan di urapi shingga di gelari dengan Messiah, al- Masih atau Kristus.
D.      Roh Kudus
Roh kudus keluar dari Allah bapa dan allah putra. Roh kidis di utus oleh Yesus Kristus, dari bapa kepada manusia, karena Yesus tidak menghendaki manusia itu sendiria. Roh kudus turun kedunia, yaitu kepada para rasul, murid- murid Yesus, dan selanjutnya kepada gereja pada waktu pantekosta, hari kelima puluh sesudah paska atau pada hari kesepuluh sesudah kenaikan Yesus ke surga. Dapat dikatakan bahwa yang bekerja didunia ini adalah roh kudus.[8]








BAB III
PEMBAHASAN

A.      Kronologis Munculnya Kontroversi Trinitas
Menurut Karen Armstrong, sekitar tahun 320, gairah untuk membahas teologi merasuki gereja- gereja di Mesir, Siria, dan asia kecil.dari para pelaut, pelancong, penjaga tempat pemandian, sampai seorang penukar uang membahas atau membicarakan tentang teologi. Mereka mensenandungkan pembahasan tuhan yang sejati adalah tuhan bapak, yang tidak dapat dijangkau dan unik dalam bentuk puisi, isi ceramah, dan lain sebagainya.[9]
Kalau kita dramatisir keadaan pada waktu itu yang sedang ramai membicarakan tentang teologi sama seperti membicarakan sepak bola. Waktu, tempat, dan yang lain sebagainya tidak dijadikan sebuah hambatan untuk mereka agar dapat berdiskusi tentang wacana teologi ini.
Yang telah kita pahami tentang trinitas ini merupakan sebuah konsep dasar iman agama Kristen. Mereka mempercayai bahwa Tuhan Bapa telah hadir kedua kalinya dan penampakan ini merupakan puncak penampakan setelah Tuhan Bapa menampakan diri di Hadapan Musa. Tapi karena ini merupakan puncak penampakannya, maka proses penampakannyapun berbeda, Tuhan bapa menampakandalam diri Yesus Kristus atau yang disebut dengan tuhan anak.[10] Dengan kata lain Tuhan bapa dan yesus kristus adalah sama, tuhan bapa adalah yesus dan yesus adalah tuhan bapa
Keterangan yang didapat oleh penulis dalam bukunya Karen Amrstrong yang berjudul Sejarah Tuhan, bahwa pada tahun 320 belum ada sebuah pengakuan yang pasti tentang konsep dasar Iman agama Kristen. Akan tetapi hanya sekedar pembicaraan tentang teologi,yang lebih tepatnya lagi ada yang menafsirkan bahwa tuhan anak tidak sama dengan tuhan bapa dan ada pula bahwa tuhan anak itu bukan tuhan bapa melainkan hanya sekedar manusia biasa yang diberikan kelebihan oleh tuhan bapa.
Pembicaraan ini, diawali oleh seorang pemuka gereja dari Aleksandria yang bernama Arius, beliau melemparkan sebuah pertanyaan kepada uskupnya Aleksander bagaimana mungkin Yesus Kristus bisa menjadi tuhan?[11] Pertanyaan ini tidak dijawab langsung oleh Aleksander, tetapi muridnyalah yang menjawab pertanyaan Arius, nama murid Aleksander adalah Athanius. Athanius berpendapat bahwa ini merupakan sebuah pernak pernik teologi semata. Ternyata Athanius tidak menanggapinya sebatas itu saja, Athanius mencoba menjawab semua pertanyaan yang dilemparkan oleh Arius, sampai kontroversi ini ditarik oleh seorang Kaisar Konstantin dalam sinode di Nicaea.[12]

B.      Argumentasi Arius Tentang Trinitas
Argumentasi arius tentang trinitas ini bukan hanya sebatas mengutarakan siapakah kristus itu, tetapi masih banyak yang lainnya. Tetapi penulis mengambil satu tema yang mengkrucut untuk menjawab rumusan masalah yang telah ditentukan oleh penulis. Tema yang diambil dari argumennya adalah tentang siapakah Yesus Kristus itu? Apakah ada hubungannya dengan Tuhan bapa? apabila Yesus Kristus itu memiliki hubungan dengan Tuhan bapa, seperti apakah bentuk hubungan itu? Pada intinya argumentasi Arius tentang trinitas ini menitik tekankan pada doktrin- doktrin yang terdapat pada kitab Injil yang berkenaan “bahwa anak  (yesus kristus) berkedudukan di  bawah  atau  inferior terhadap Bapak.”
Arius berpendapat bahwa Yesus Kristus sang firman tak lain adalah makhluk seperti kita semua. Pendapatnya ini terlihat jelas didalam suratnya yang diperuntukan oleh Uskup Aleksander, “Tuhan adalah satu- satunya yang tidak memperanakan, satu- satunya yang abadi, satu- satunya yang tak berawal, satu- satunya kebenaran, satu- satunya yang memiliki keabadian, satu- satunya yang bijak, satu- satunya yang baik dan satu- satunya yang kuasa.”[13]

Dalam kitab suci amsal, menyatakan secara eksplisit bahwa “tuhan telah menciptakan hikmat sejak dahulu kala.”[14]

Dalam Prolog Injil Yohanes,
“Segala sesuatu dijadikan oleh dia, Dan tanpa dia tidak ada satupun yang telah jadi”[15]

Penulis berpendapat bahwa ada sebuah kolerasi antara  isi kitab suci amsal dan Prolog injil Yohanes. Dalam kitab suci amsal menyebutkan kata hikmat – “Tuhan telah menciptakan hikmat sejak dahulu kala" – dan kata dia dalam Prolog Injil Yohanes – “segala sesuatu dijadikan oleh Dia, dan Tanpa Dia tidak ada satupun yang telah jadi” – merupakan sebuah kata yang sama. bahwa hikmat adalah sebuah kemampuan yang dimiliki oleh Allah.
Inipun sama dengan pendapat Arius tetapi Arius menggunakan kata hikmat dengan Logos. Logos merupakan sebuah instrument yang digunakan Tuhan untuk membuat segala ciptaan menjadi ada. Oleh karena itu logos berbeda dengan wujud- wujud lain dan memiliki status sangat tinggi. Namun karena logos diciptakan oleh tuhan maka logos itu berbeda dengan tuhan itu sendiri.[16]
Bahwa Yesus adalah logos dan Logos itu adalah Tuhan (Yohanes, 1: 2)
Menurut Arius, Yesus bukanlah Tuhan secara hakekatnya, tetapi diangkat oleh tuhan dalam hakekatnya, tetapi diangkat oleh Tuhan ke status ilahiah. Dia berbeda dengan kita semua karena tuhan telah menciptakannya secara langsung sedangkan makhluk- makhluk lain diciptakan oleh dia. Tuhan telah mengetahui bahwa jika logos menjadi manusia, dia akan mematuhi perintah tuhan secara sempurna. Oleh sebab itu, tuhan telah memberikan anugrah kesucian kepada Yesus sejak semula. Akan tetapi kesucian Yesus bukanlah alamiah baginya: itu hanyalah sebuah pemberian atau karunia. Kenyataannya bahwa Yesus menyebut tuhan sebagai Bapa- nya mengimplikasikan bahwa sebuah perbedaan; kebapaan pada dasarnya menyiratkan eksistensi yang lebih dahulu dan menunjukan superioritas terhadap anak.
Matius:
"Pada waktu itu berkatalah Yesus demikian: Ya Bapa,  Tuhan Langit dan Bumi. Aku memuji Engkau sebab Engkau melindungkan  perkara  ini  dari  pada  orang  budiman   dan berpengetahuan, dan menyatakan dia kepada kanak-kanak" ...[17]

"Maka berjalanlah Ia (Yesus)ke hadapan sedikit, lalu sujudlah Ia  berdoa,  katanya:  "Ya Bapaku,  jikalau boleh, biarlah kiranya cawan ini lepas dari padaku ..."[18]
Teranglah bahwa Yesus tidak mengetahui kehendak  Ilahi,  dan kita  melihat  bahwa  beliau adalah seorang hamba Allah, dan semata-mata Allah-lah yang dapat menyebabkan perubahan.[19]
Tuhan menciptakan logos, dengan logoslah tuhan menciptakan makhluk yang ada dimuka bumi ini, makhluk yang ada dimuka bumi ini (yang nampak) yaitu terdiri dari tumbuhan, hewan, manusia, dan lain lainnya. Manusia dibagi menjadi tiga bagian, yang pertama manusia biasa, manusia biasa merupakan manusia yang sama dengan yang umumnya tidak ada kelebiha didalam hidupnya, yang kedua manusia luar biasa yaitu manusia yang memiliki sebuah kemampuan spritualitas dalam hidupnya, hal itu semua diperoleh melalui dari usahanya, sedangkan manusia pilihan adalah manusia yang sama dengan manusia pada umumnya tetapi dia memiliki sebuah kelebihan yang diperoleh melalui anugrah kesucian yang diberikan oleh tuhan karena manusia itu adalah manusia dispesialkan tuhan untuk menangani permasalahan yang ada dimuka bumi ini atau dengan kata lain sebagai juru penyelamat, nabi, dewa dan lain- lainnya.
Dalam   mendukung   pandangan-pandangannya,  Arius  mencari; sejumlah ayat Alkitab yang memperlihatkan anak  berkedudukan di  bawah  atau  inferior terhadap Bapak seperti "Prov 8:22, Mateus  28:18,   Markus   13:32,   Lukas   18:19,   Johannes 5:19;14:28,1 Korintus 15:28."[20]

C.      Pandangan Anthanius tentang Trinitas
Sebelumnya telah diterangkan Athanius ini merupakan anak murid dari uskup Aleksander (yang tidak diketahui siapa namanya) dan Athanius merupakan salah satu Uskup Aleksandria. Seeberg mengemukakan  tiga  kekuatan  atau  kelebihan  utama Athanasius, yakni:[21]
1.       Keteguhan dan keaslian atau kemurnian karakternya;
2.       Landasannya yang pasti di atas mana dia susun konsepsi tentang keesaan Tuhan;
3.       Kebijaksanaannya dalam menerangkan kepada umatnya agar mengakui hakikat dan makna     Kristus.

Athaniuslah yang mencoba menanggapi pertanyaan Arius yang ditujukan kepada gurunya. Athanius secara lantang menentang. Menurut Athanius apa saja yang menjadi sebuah argument tersebut hanya sebagai hiasan yang melengkapkan dan menegaskan isi pertanyaan Arius dalam suratnya yang dipertujukan untuk Gurunya.
Kalau di atas kita telah menyimak argumentasi Arius yang menyatakan bahwa Yesus masuk ke alam yang memiliki tatanan makhluk yang sama dengan manusia biasa. Sedangkan Athanius memiliki pandangan yang cukup bersebrangan dengan Arius, Dia sangat menekankan keesaan Tuhan dan mau mengakui doktrin Trinitas   yang   tidak  membahayakan  konsep  keesaan  ini. Sementara bapak  dan  anak  sama-sama  memiliki  sifat  atau esensi kekekalan yang sama, sesungguhnya tidak ada pembagian atau pemisahan dalam The essential being of God, dan  adalah salah  bila  disebutkan  Theos  Deuteros.[22]
Sebelumnya telah disebutkan bahwa di samping menekankan keesaan Tuhan,  dia  (Athanius) juga  mengakui  adanya  tiga hipostases  dalam  Tuhan dan  mempertahankan  eksistensi  kekal  dan independen anak. Ketiga  hipostases  dalam  Tuhan  jangan dilihat sebagai hal yang sendiri-sendiri, karena jika  demikian,  bisa  bermuara kepada   politeisme.[23]  
Ini menunjukan bahwa anak mempunyai substansi sama dengan substansi Bapak, tetapi juga berarti  bahwa  keduanya  bisa  berbeda  dalam  aspek  lain, misalnya dalam personal subsistensinya. Seperti Origen,  dia mengajarkan  bahwa anak adalah hasil penciptaan (begotten by generation), tetapi berbeda dari Origen, dia  menerangkannya penciptaan  ini  merupakan tindakan kerahasiaan Tuhan, bukan sebagai  tindakan   yang   semata-mata   bergantung   kepada kedaulatan Tuhan.

Pendapat Athanius bahwa Yesus itu masuk ke alam yang memiliki kesucian. Dia memandang kemanusian secara inheren merupakan sesuatu yang rapuh: kita berasal dari ketiadaan dan akan kembali dalam ketiadaan jika kita berdosa.[24] Oleh karena itu ketika merenungkan makhluknya tuhan mengatakan:
Melihat seluruh alam ciptaannya, jika dibiarkan berjalan dengan sendirinya, akan berubah dan akan mengalami kehancuran. Untuk mencegah ini dan menjaga agar alam semesta tidak kembali menjadi tiada, dia ciptakan segala sesuatu dengan logosnya sendiri yang abadi dan mengaruniakan wujud kepada ciptaannya.[25]

Ini menunjukan hanya logos-Nya manusia bisa terhindar dari ketiadaan karena tuhan sajalah yang merupakan wujud sempurna. Logospun makhluk biasa, dia tidak mampu menyelamatkan manusia dari kebinasaan. Hanya dia yang menciptakan dunialah yang mampu menyelamatkannya dan itu berarti bahwa kristus (logos yang mendaging) berarti ini menunjukan sama dengan tuhan bapa. Dibukunya Karen Amstrong yang berjudul sejarah tuhan, beliau mencantumkan perkataan Athanius bahwa “firman dibuat menjadi manusia dengan tujuan agar kita bisa menjadi kudus.












































D.     Hasil Keputusan Sinode tentang kontroversi trinitas
Kontroversi yang terjadi begitu hangat sehingga Kaisar Konstantin sendiri harus turun tangan untuk menghadapi masalah ini, maka untuk menyelesaikan masalah ini diadakannyalah sinode di Neciae. Sinode ini semacam musyawarah para uskup untuk memutuskan sesuatu perkara. Sinode ini diselenggarakan pada tanggal 20 mei 325.[26]
L. Berkhof menceritakan dalam bukunya yang berjudl “The History of Christian Doctrine (Sejarah Perkembangan Ajaran Trinitas)” tentang proses Sinode di Neciae. Adapun ceritanya sebagai berikut:[27]
Di samping kedua pihak yang bertentangan itu masih ada pihak tengah yang merupakan  mayoritas  yang  dipimpin  oleh  ahli sejarah  gereja,  yakni  Eusebius  dari  Caesarea,  dan juga dikenal sebagai pihak Origenistik dan landasan  pandangannya adalah  asas-asas yang dikemukakan Origen. Pihak ini condong kepada pihak Arius dan menentang  doktrin  bahwa  anak  sama substansinya dengan Bapak (homoousios). Pihak ini mengajukan suatu pernyataan yang  telah  diketengahkan  Eusebius,  yang menyerahkan  segala  sesuatunya  kepada  pihak Alexander dan Athanasius dengan satu pengecualian yakni doktrin  di  atas; dan  menyatakan  bahwa  istilah homoousios hendaknya diganti dengan homoiousios; jadi mereka mengajarkan bahwa anak  sama substansinya  dengan Bapak. Setelah melalui perdebatan yang panjang akhirnya pihak Athanasius  berhasil  memenangkannya.Dewan  Nicaea akhirnya mengeluarkan pernyataan: Kita percaya kepada Tuhan Yang Esa, Bapak yang  Mahabisa,  Pencipta  yang tampak  maupun  tidak  tampak.  Dan  percaya pada satu tuhan Yesus Kristus yang  sama  substansinya  (homoousios)  dengan Bapak  dan  seterusnya. Ini merupakan pernyataan yang tegas, dimana esensi anak dinyatakan identik dengan  esensi  Bapak; sama  tingginya  dengan Bapak serta mengakui Kristus sebagai autotheos.

Ada yang mengungkapkan Keputusan Dewan Nicaea sebenarnya ada campur tangan intrik dari  Athanius yang berhasil mendesak pemahaman teologinya kepada para delegasi dengan sedikit bantuan dari Kaisar berupa tekanan atau ancaman yang dilakukan oleh kaisar kepada delegasi. Maka mau tak mau keadaan sinodepun berubah secara mendadak ke pihak Athanius, dan di pihak Arius hanya dua orang sahabatnya saja yang menolak pendapat Athanius dan mendukung pendapat Arius.[28]
Dengan ini pendapat Athanius tentang Creatio ex nihilo pun menjadi doktrin resmi Kristen untuk pertama kalinya, menegaskan bahwa kristus bukalah sekedar makhluk biasa atau aeon. Sang pencipta dan penebus itu adalah satu.

Kami beriman kepada allah Yang Esa
Tuhan bapa yang maha kuasa
Pencipta segala sesuatu, yang dapat dilihat dan yang tak dapat dilihat
Dan kepada satu tuhan, Yesus Kristus, Anak Allah
Satu- satunya tuhan bapa,
Yang berasal dari subtansi (ousia) Tuhan Bapa,
Tuhan dari tuhan, Cahaya dari segala cahaya,
Tuhan sejati dari tuhan sejati
Diperanakan, tidak diciptakan
Dari satu subtansi (dengan Tuhan bapa,
Yang melaluinya segala sesuatu diciptakan,
Segala yang ada dilangit dan segala yang ada dibumi,
Yang demi kita dan keselamata kita,Turun dan dijadikan manusia,
Yang menderita, bangkit kembali pada hari ketiga
Naik ke langit Dan akan dating untuk menjadi hakim bagi yang hidup dan yang mati
Dan kami briman kepada Roh Kudus[29]
Tercapainya sebuah kesepakatan itu menyenangkan hati konstaninopel yang tidak memiliki pemahaman tentang isu- isu teologis. Tetapi apa yang terjadi setelah kesepakatan itu diketuk di pertemuan para uskup (Sinode), ternyata para uskup tetap mengajar sebagaimana biasanya, dan krisis Arianpun terus berlanjut selama enam puluh tahun berikutnya. Arius dan pengikutnya terus melawan dan berhasil memperoleh dukukungan dari kaisar. Dengan sebuah indicator bahwa Arius mendapat dukungan ini terlihat ketika Athanius diasingkan tak kurang sebanyak lima kali, sangat sulit untuk memegang kredonya. Khususnya, istilah homoousion – yang secara harfiah berarti “dibuat dari bahan yang sama” – sangat controversial karena tidak berlandaskan kitab suci dan memiliki asosiasi materialistic. Dua logam, mislnya, bias dikatakan Homoousion karena keduanya dibuat dari subtansi yang sama.


















BAB IV
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Pada tahun 170 M     Kata "Trias" pertama kali terdapat dalam literature Nasara. Kata "Trinitas" pertama kali digunakan oleh Tertullianus,[30] seorang penulis tarikh gereja. Ada seorang guru Nasrani yang bernama Sabellius, mengajar: Sang Bapa, Sang Putera dan Roh Kudus adalah tiga nama untuk Tuhan yang sama.






















Tetapi pada tahun 300 M Bentuk Trinitas dan doa belum dikenal Gereja dan pada tahun  310 M     Lactantius Firmianus, bapa Gereja, menulis "Kristus tidak pernah menamakan dirinya Tuhan." Hal ini menunjukan bahwa ada sebuah perbedaan pemahaman terhadap konsep teologi umat Kristen. Lalu dihangatkan dengan kedatangan surat Arius yang ditujukan kepada Aleksander (seorang Uskup Aleksandria) yang menekankan bahwa tidak mungkin Yesus menjadi Tuhan.[31]
 

Walaupun ini ditanggapi oleh Aleksander sebagai pernak pernik teologi, tetapi muridnya yang bernama Athanius menanggapinya sampai dialog hangat ini ditarik ke Sinode (Muktamar Iznik) di Nacaea.
Pemikiran Athanasius digambarkan dalam bentuk table :
Athanius berhasil mendesak pemahaman teologinya kepada para delegasi dengan sedikit bantuan dari Kaisar berupa tekanan atau ancaman yang dilakukan oleh kaisar kepada delegasi. Maka mau tak mau keadaan sinodepun berubah secara mendadak ke pihak Athanius, dan di pihak Arius hanya dua orang sahabatnya saja yang menolak pendapat Athanius dan mendukung pendapat Arius.
Dengan ini pendapat AThanius tentang Creatio ex nihilo pun menjadi doktrin resmi Kristen untuk pertama kalinya, menegaskan bahwa kristus bukalah sekedar makhluk biasa atau aeon. Sang pencipta dan penebus itu adalah satu.
Tetapi apa yang terjadi setelah kesepakatan itu diketuk di pertemuan para uskup (Sinode), ternyata para uskup tetap mengajar sebagaimana biasanya, dan krisis Arianpun terus berlanjut selama enam puluh tahun berikutnya.













DAFTAR PUTAKA
Armstrong, Karen, “Sejarah Tuhan”, Bandung: Mizan, 2003 (cetakan ke V)
Chehab, Prof. H.S. Tharick, “ALKITAB (BIBLE) Sejarah Terjadinya dan Perkembangannya Serta Hal-hal yang Bersangkutan”, Jakarta: Penerbit Mutiara.
Deedat, Ahmed Hoosen, “The Choice Islam and Kristiani”, media.Inset.org, 1993.
Djam’annuri, “Agama Kita Perspektif Sejarah Agama- agama (sebuah pengantar)”, Yogya: LESFI, 2000 (cetakan I),
Berkhof, L.  “The History of Christian Doctrine (Sejarah Perkembangan Ajaran Trinitas)”,  Penerbit CV. Sinar Baru, Bandung: 1992 (Cetakan pertama)










[1] Prof. H.S. Tharick Chehab, “ALKITAB (BIBLE)Sejarah Terjadinya dan Perkembangannya Serta Hal-hal yang Bersangkutan”, Jakarta: Penerbit Mutiara, Poin (pembahasan) ke 10. “PERKEMBANGAN DARI TAUHID  KE TRINITAS”
[2] Meminjam istilah julukan orang Kristen yang menyebarkan agamanya ke orang lain yang bukan penganut agama kristen
[3] Tetapi dengan tahun yang berbeda (200 M)
[4] Karen Armstrong, “Sejarah Tuhan”, Bandung: Mizan, 2003 (cetakan ke V), hal. 155.

[5] Djam’annuri, “Agama Kita Perspektif Sejarah Agama- agama (sebuah pengantar)”, Yogya: LESFI, 2000 (cetakan I), hal. 81
[6] Ibid, hal. 85
[7] Ibid (Penulis merangkum pendapat Djam’annuri terhadap tuhan bapak)
[8] Ibid, Hal. 85
[9] Karen Armstrong, “Sejarah Tuhan”, Bandung: Mizan, 2003 (cetakan ke V), hal. 155.
[10] Djam’annuri, “Agama Kita Perspektif Sejarah Agama- agama (sebuah pengantar)”, Yogya: LESFI, 2000 (cetakan I), hal. 81- 82.
[11] Ibid, (Karen Armstrong) hal 155- 156.
[12] Sinode adalah musyawarah para uskup untuk menentukan sebuah sesuatu yang diperbincangkan.
[13] Ibid (Karen Amrstrong) hal. 157
[14] Amsal 8: 22
[15] Yohanes 1: 3
[16] Ibid (Karen Amrstrong) hal. 158
[17] Matius 11:25
[18] Matius 26:39
[19]Prof. H.S. Tharick Chehab, “ALKITAB (BIBLE)Sejarah Terjadinya dan Perkembangannya Serta Hal-hal yang Bersangkutan”, Jakarta: Penerbit Mutiara.
[20] L. Berkhof, “The History of Christian Doctrine (Sejarah Perkembangan Ajaran Trinitas)”,  Penerbit CV. Sinar Baru, Bandung: 1992 (Cetakan pertama)
[21] Ibid
[22] Ibid
[23] Ibid
[24] Ibid (Karen Amrstrong) hal. 159
[25] Kutipan yang diambil oleh Karen Amsrstrong dari Athanius, Against the heatben, 41
[26] Ibid (Karen Amrstrong) hal. 159
[27] L. Berkhof, “The History of Christian Doctrine (Sejarah Perkembangan Ajaran Trinitas)”,  Penerbit CV. Sinar Baru, Bandung: 1992 (Cetakan pertama)
[28] Ibid (Karen Amrstrong) hal. 159
[29] Ibid (Karen Amrstrong) hal. 160. Tulisan ini berbeda denganmanifesto doctrinal yang biasa dikenal kredo Necia, yang sebenarnya disusun dalam konsili konstantinopel pada tahun 381

[30] Tetapi dengan tahun yang berbeda (200 M)
[31] Karen Armstrong, “Sejarah Tuhan”, Bandung: Mizan, 2003 (cetakan ke V), hal. 155.

Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. BEM JURUSAN PERBANDINGAN AGAMA - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website
Proudly powered by Blogger