Latest Post

Tampilkan postingan dengan label osaba. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label osaba. Tampilkan semua postingan

“The Experience Of OSABA"

Written By perbandingan agama on Minggu, 27 November 2011 | 09:21

oleh : Irawati Yuliani
Kami merasa kaget ketika kami hendak berangkat ke tempat kegiatan OSABA (Rancaekek),tas kami diperiksa oleh panitia, beberapa barang (hp,dompet,dan uang) untuk sementara diamankan oleh panitia,dengan alasan takut ada kehilangan.Selain itu, kami juga tidak difasilitasi kendaraan untuk pergi menuju tempat kegiatan,kami hanya dibekali uang Rp 60.000,- Untuk menyewa mobil dan harus sampai ditempat pada pukul 06.30 WIB.Dan hal yang lebih menyedihkan lagi saat itu hujan turu begitu lebat.
Saat itu hujan turun begitu lebat dan kami berada di gedung Y yang letaknya cukup jauh dari jalan raya,salah satu teman kami merelakan dirinya untuk berjalan ke depan kampus dan mencari mobil untuk pergi ke tempat kegiatan.Dan kami menunggu di gedung Fakultas Tarbiyah. Tak lama kemudian sebuah angkot pun meluncur kehadapan kami,kami bersorak dan merasa lega. Satu persatu dari kami masuk ke angkot, dan Alhamdulillah karena jumlah kami yang tidak terlalu banyak kami hanya memerlukan satu angkot saja.
Angkot yang kami naiki pun segera berlalu meninggalkan gedung Y. Canda tawa pun terdengar,semua rasa kecewa dan sedih berganti menjadi bahagia.Kami merasa terhibur oleh beberapa teman kami yang memang sudah tidak asing lagi gokilnya (Eka dan Yosep ).Lagi-lagi mereka membuat kami merasa terhibur.Lelucon mereka sering kali menghapus kesedihan kami.
Saking asiknya bercanda tidak terasa kita sudah sampai di daerah Rancaekek ,kami mulai mencari lokasi kegiatan (SD Alam Pelopor). Kami bertanya kepada orang sekitar, hingga akhirnya kami sampai didepan SD Alam Pelopor.Kami pun segera masuk,dan kedatangan kami disambut oleh panitia.  Kami diberi waktu untuk beristirahat sampai pukul 07.30. Dan Karena saat itu kami belum melaksanakkan shalat magrib, kami pun bergegas untuk melaksanakkan shalat magrib.Usai melaksanakkan sholat magrib kami beristirahat sejenak  sebelum mengikuti materi selanjutya.
Tak terasa waktu istirahat telah selesai saatnya kami mengikuti kegiatan kembali.Saat itu kegiatan yang kami ikuti adalah materi dari para alumni Pe-A.Usai mendapatkan materi ada evaluasi disana kami harus menjawab beberapa pertanyaan mengenai materi. Pertanyaan itu sangat menguji daya kritis dan kepekaan kami.
Usai evaluasi ada materi dan simulasi sidang. Saya fikir akan ada contoh terlebih dahulu tapi ternyata tidak. Ketika materi selesai disampaikan kami harus mampu menjalankan sidang.Panitia memilih tiga dari kami untuk menjadi pemimpin sidang (presidium). Begitu banyak kesalahan-kesalahan yang kami lakukan, berkali-kali presidium diganti, berkali-kali diberi pengarahan, berkali-kali mengadakkan diskusi tapi tetap hasilnya nihil. Kesalahan semakin banyak kami lakukan,proses persidangan pun semakin lama dan tak kunjung selesai. Kakak-kakak kami semakin kesal dan semakin garang saat itu saya pribadi merasa sangat tertekan dan takut sehingga saya hanya dapat terdiam tanpa mampu membantu tiga sahabat saya yang menjadi pemimpin sidang. Saat itu kami benar-benar tidak tau apa yang harus kami lakukan untuk membantu tiga sahabat kami. Waktu begitu cepat berlalu, hingga adzan subuh berkumandang begitu merdu, waktu shalat subuh telah tiba.Dalam sidang kami sepakan untuk menscorsing sidang selama 2 x 10 menit untuk melaksanakkan shalat subuh.
Usai melaksanakkan shalat subuh kami pun melanjutkan persidangan dan kami memutuskan untuk memakai jam istirahat untuk melanjutkan persidangan.Saat itu karena ketegangan berkurang, kami pun mulai mampu berbicara dan berintrupsi.Persidangan sedikit berjalan santai,namun salah satu sahabat kami sudah tidak mampu lagi menjadi pemimpin sidang sehingga kami sepakat untuk menggantinya.Karena Pemimpin sidang diganti maka persidangan pun harus dimulai dari awal kembali. ”Huft sia-sia deh persidangan yang sudah berjalan semalam suntuk” ujarku dalam hati. Tapi apa boleh buat,saya pribadi merasa kasian terhadap para pemimpin sidang yang masih saja melakukan kesalahan.
Persidangan dikonsep sesingkat mungkin,namun tetap saja waktu begitu cepat berlalu sehingga persidangan harus kembali tertunda karena pada jadwal saat itu adalah waktunya materi dari dosen dan para pemateri lainnya.
Saat materi sedang disampaikan oleh para tutor / pemateri,kami tidak mampu untuk berkonsentrasi sepenuhnya kepada materi yang disampaikan Karena kondisi kami yang lelah,mengantuk ,bahkan saya merasakan sakit perut karena telat makan.
Namun kami mencoba untuk tetap fokus pada materi yang disampaikan.Kami tetap berusaha untuk sabar. Akhirnya sampai pada waktu makan dan istirahat meski kami hanya diberi waktu sebentar karena masih ada materi yang harus disampaikan. Usai istirahat kami kembali  menerima materi-materi yang disampaikanoleh pemateri baik itu dosen ataupun kakak  tingkat kami.
Hal yang menarik lagi ketika kita sedang menunggu pemateri datang kita mangikuti permainan yang cukup seru.Disitulah kami merasa enjoy dan terlepas dari beban dan tekanan-tekanan. Penyampaian materi mungkin bagi kami sangat biasa-biasa saja. Yang  membuat kami tegang adalah saat persidangan dan post test, yakni dimana kami dituntut untuk mampu berfikir kritis.
Yang saya rasakan post test malam saya merasa menjadi manusia yang paling bodoh. Semua argumen yang saya sampaikan salah dimata mereka terutama saat saya berada di pos 3. Semua yang sampaikan salah dan tidak meyakinkan.Namun saya juga menyadari hal itu, selama ini saya kurang rajin mencari segala sesuatu yang belum saya ketahui.  Yang menempati post 3 saat itu adalah para Alumni.
Banyak hal yang kita dapatkan dalam kegiatan OSABA .Banyak kejadian yang patut kita jadikan pelajaran buat kita dari kegiatan OSABA. Setelah mangikuti OSABA saya menyadari begitu banyak hal yang belum sayaketahui dan harus saya ketahui.  Menurut saya OSABA merupakkan satu kegiatan yang mampu mengubah pola fikir seseorang menjadi lebih kritis .Dan mengenalkan kami (mahasiswa baru ) terhdap segala sesuatu yang terdapat di jurusanperbandingan agama.
Oh iya, selain berbagi cerita saya juga mau mengucapkan terimakasih kepada semua kakak-kakak, dosen-dosen dan semua pihak yang terlibat dalam acara OSABA kemarin.
And the last,I JUST WANNA SAY
THANKS FOR ALL

Ngawangkong tina tulisan “Aing Vs Batur”

Written By perbandingan agama on Selasa, 22 November 2011 | 05:48

oleh : Rahman Hadi Saputra
 
Kehela, ulah waka ngabahas nanaon hela, abdi dek curhat heula ka para peserta osaba 2011. Aing baheula pernah kapikiran, naon bedana aing jeung batur.
Teuing tah maraneh sarua teu ayeuna mikir siga abdi baheula. Hampura eui da abdi mah jelma anu osok mikir, jadi resep ngawangkong kaditu kadieu. Jadi, bisi maneh jelmana anu teu resep ngawangkong, berarti maraneh jelema anu teu mikir, hidup ngan saukur dahar, sare, jeung ulin, geus weh maot ari sarua jeung sato mah.
Abdi apal lah jeung kudu diakui oge ku maraneh soal asupna kadunia para kesatria Tuhan (ngan lain templar), betul teu kabanyakan ti maraneh teh jelma anu kasesat kadieu teh (asup Jurusan Perbandingan Agama). Aya anu kasesat gara-gara beasiswa, aya deui gara-gara euweuh jurusan anu narima maraneh, aya deui gara-gara babarutan anu kuliah di jurusan perbandingan agama (etage babaturan maneh nu nyesatkeun maneh teh, sarua jeung maneh awalna tersesat oge), jeung anu lainna.
Ngan maraneh ulah leutik hate, ketika urang sarerea bisa ngajawab pertanyaan anu dipikirkeun ku urang baheula. Soalna tina jawaban eta teh urang bisa ngabedakeun saha urang sebagai mahasiswa perbandingan agama jeung saha batur ti jurusan lain.
Duh hampura, kira-kira sapanjang jalan ti UIN ka imah abdi, mikiran jawaban ieu rieut oge. Da euweuh bedana abdi jeung babaturan abdi anu beda jurusan jeung abdi malahan rieut. Kusabab jelma anu aya dijurusan perbandingan agama teh leuwih ancur ti jurusan anu lain, contona alumni jurusan perbandingan agama anu kamari stres neangan gawe, jeung anu lainnalah. Kamungkinan geus suratan takdir abdi asup kadieu, Allah ngutus abdi asup ka jurusan perbandingan agama dengan tujuan ngarubah Perbandingan agama supaya bermanfaat ker masyarakat, nyak khususna masyarakat Pe-A jeung umumna keur masyarakat UIN eSGeDe BeDeGe.
Ges abdi ngadangu mahasiswa hayang diajar sorangan, abdi geus tara ningali deui kosan mahasiswa sibuk jeung babaturanna diskusi, ieu anu geus leungit ti mahasiswa. Pagawean mahasiswa ayeuna maen PeeS, sibuk nulis status FB, ah lobalah.
Pangaruh ti globalisasi lah anu nyebabkeun karakter mahasiswa terkikis, komo deui dunia gemerlap malam alias dugem geus jadi aktifitas mahasiswa anu loba duit.
Dihandap aya saeutik tulisan anu nerangkeun karakteristik mahasiswa, ieu kanyaho urang tinu pangalaman selama 7 tahun ti PII. Jeung salah satu cita-cita urang di HIMA-Jurusan Perbandingan Agama.

a.    Mahasiswa sebagai subjek pendidikan[1]
Bidang pendidikan mempunyai posisis yang amat strategis utuk mengubah dan membangun masyarakat. Rekayasa peradaban sebagai salah satu jalan dalam perubahan dan pembangunan masyarakat memerlukan kesiapan anggota masyarakat yang bersangkutan. Anggota masyarakat dituntut memiliki kesiapan dan kemampuan antara lain : daya adaptasi terhadap nilai-nilai baru, kreatifitas untuk melakukan upaya inovasi dan daya saing untuk tetap eksis ditengah arus perubahan global yang terjadi. Kemampuan dasar diatas dipersiapkan dan dibentuk melalui proses pendidikan.
Pendidikan berfungsi sebagai agen perubahan sosial dalam arti akan berlangsung penyiapan sumber daya manusia sebagai pelaku dan pelopor perubahan sosial tersebut. Perubahan ini dimaksudkan untuk membangun masyarakat baru yang lebih baik dan sempurna. Pendidikan akan memberikan bekal secukupnya pada setiap individu untuk mempersiapkan diri dan berkembang sesuai dengan potensi diri dan lingkungannya.
Menjadikan karakteristik mahasiswa sebagai subjek pendidikan, menunjuk pada konsep pendidikan yang mendewasakan, dimana mahasiswa diposisikan sebagia pihak yang harus memberikan andil terbesar dalam proses pendidikan itu sendiri. Artinya, ada kesadaran yang mandiri pada diri setiap mahasiswa utnuk memberikan partisipasi dalam proses belajarnya di semua lingkar pendidikan : keluarga, kampus dan masyarakat. Partisipasi aktif mahasisiwa dalam melakukan daur belajarnya dikeluarga, sekolah dan masyarakat akan memunculkan aktifitas yang dinamis yang tumbuh dari kesadaran diri sendiri akan tanggung jawabnya sebagai subjek pendidikan.
b.   
Mahasiswa sebagai subjek kebudayaan
Kebudayaan sebagai salah satu fondasi dasar kemasyarakatan menjadi salah saru ukuran kualitas anggota masyarakat. Kebudayaan merupakan cermin dinamika individu dan kelompok dalam masyarakat yang secara dialogis berproses salam aktualisasi kehidupan. Untuk itu jika akan merubah dan membangun masyarakat, kebudayaan merupakan pintu pertama yang harus dilewati. Melakukan perubahan secara gradual terhadap kebudayaan masyarakat berarti telah melakukan perubahan terhadap masyarakat.
Ada dua pengertian tentang kebudayaan, yaitu kebudayaan sebagai produk dan kebudayaan sebagai proses. Kebudayaan sebaga produk adalah hasil cipta, rasa dan karsa manusia berupa keseluruhan yang komplek yang termasuk didalamnya  produk-produk pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat, dan segala kemampuan dan kebiasaan lain yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat. Dalam pengeritan ini kebudayaan meskipun diciptakan manusia adalah bersifat eksternal, determenistik dan objektif terhadap manusia dan masyarakat. Sementara dalam pengertian proses, kebudayaan menunjuka pada keseluruhan gagasan dan karya manusia yang dibiasakannya melalui proses belajar (becoming process) yang teraktulasisasi dalam tatanan struktur kemasyarakatan. Dalam pengerian in kebudayaan adalah suatu proses yang terus menerus, peran subjek (manusia) sangat signifikan, dan voluntaristik. Untuk memahami kebudayaan secara utuh, kedua pemahaman ini tidak bisa dipisahka.
Menjadikan karakteristik mahasiswa sebagai objek kebudayaan merupakan penegasa tentang perlunya menumbuhkan kesadaran kritis (critical conciousness) pada diri mahasiswa terhadap adanya kooptasi budaya massa (mass culture). Artinya, mahasiswa sebagai tulang punggung bangsa, harus memiliki kesadaran dan daya apresiasi secara kritis terhadap berbagai bentuk kebudayaan yang ada. Dan akhirnya, mereka mampu menentukan corak dan warna kebudayaan yang diyakininya. Pada tingkatan yang lebih tinggi, mereka mampu mengantisipasi budaya global dan mampu pula melakukan counter culture,  dengan menciptakan budaya tandingan (alternatif) yang sesuai spirit nilai-nilai islam dan dengan konteks jaman.

c. Mahasiswa sebagai subjek transformasi pendidikan dan subjek transformasi kebudayaan.
Mahasiswa harus memiliki karakter yang dapat bertindak sebagai subjek transformasi pendidikan dan kebudayaan itu sendiri. Dimana sistem, model dan bentuk pendidikan dan kebudayaan yang benar diyakini sesuai dengan nilai-nilai spirit dan moralitas islam itu harus mereka transformasikan kepada masyarakat khususnya dalam lingkup dunia mereka sendiri. Hal ini akan membuahkan metode trasformasi yang efektif, karena dilakukan oleh mereka yang memiliki karakter dan bangun dunia yang sama; serta memiliki kaitan psikologis dan intelektual yang relatif erat. Menjadikan karakteristik mahasiswa sebagai subjek transformasi pendidikan dan kebudayaan ini, sekaligus juga akan menjadi alat ukur yang tepat, sejauhmana mereka memiliki komitmen sosial dan moral sebagai transformator atas nilai-nilai pendidikan dan budaya yang mereka peroleh sebelumnya dari daur belajar yang dilakukan. Serta berkesempatan untuk melakukan implementasi nilai-nilai tersebut lebih luas di luar dirinya, karena mereka harus mentranformasikannya pula kepada orang lain.

d.    Kepelajaran sebagai intelektualisme (kultur belajar)
Pendidikan seumur hidup (long life education) telah dikenal umat islam dari risalah Rasulullah SAW. Sejak 14 abad yang lalu. Konsekuensinya, daur belajar adalah proses yang tidak pernah berhenti sejak manusia dilahirkan dari rahim ibu hingga tiba saatnya dikirim ke liang lahat. Dengan demikian, semangat kemahasiswaan merupakan semangat yang asasi ada dalam ajaran islam.
Menjadikan intelektulasime (kultur belajar) sebagai komitmen sepanjang usia, penting dilakukan. Karakter ini harus terus dijaga, tak hanya saat masih aktif menjadi kader mahasiswa Perbandingan Agama melainkan juga ketika telah menjadi kader umat di lain tempat. di lingkunga Perbandinga Agama sendiri, intelektualitas harus menjadi karakter kader yang dibangun melalui berbagai macam program; terutama denga mentradisikan kegiatan-kegiatan yang berorientasi pada penguatan intelektual, misalnya ; melalui forum-forum diskusi, kegemaran membaca dan berlatih menulis gagasan secara ilmiah, serta berbagai aktifitas lain yang berbuah terhadap pencerahan akal-budi dan intelektualitas baik dirinya sendiri maupun orang lain. Denga aktifitas-aktifitas ini pul diharapkan konsistensi intelektualitas itu tetap terjaga.
Pada akhirnya, karakteristik kemahasiswaan mensyaratkan penciptaan kultur belajar yang memadai di Perbandingan Agama. Secara kelembagaan, HIMA-jurusan harus mampu mengantarkan kader-kadernya sebagai intelektual yang memiliki semangat belajar yang tinggi, mempunyai sosial (keumatan) yang kuat, dan responsif terhadap problematika aktual masyarakat di sekitarnya.


[1] Toleransi ka jalma anu teu apal bahasa sunda

Sambutan Ketua Prodi Perbandingan Agama

Written By perbandingan agama on Jumat, 18 November 2011 | 20:30

Oleh : Drs. Wawan Hernawan, M.Ag
Program Studi Perbandingan Agama yang kemudian disingkat Program Studi PA Fakultas Ushuluddin Universitas Sunan Gunung Djati Bandung adalah salah satu program studi yang dibilang tua. Program studi PA berdiri bersamaan dengan diresmikannya fakultas Ushuluddin dan Syari’ah di Bandung, serta fakultas Tarbiyah di Garut dan IAIN Sunan Gunung Djati pada tanggal 5 April 1968 dengan Keputusan Menteri Agama Nomor:57 Tahun 1968.
Sebagai prodi studi yang dibilang tua, PA didirikan dengan berdasar kepada realitas masyarakat yang terdiri dari pelbagai agama dan keyakinan yang dalam sejarah perkembangannya belum sanggup menciptakan hubungan harmonis antar pemeluk agama. Fenomena tersebut, secara ilmiah bersumber dari rendahnya pemahaman agama dalam tataran sosial dan kekedapan ajaran agama terhadap ajaran agama lain. Truth Claim dari suatu agama terhadap agama lain menjadi ciri dari cara beragama tersebut. Dan, pada titik inilah kerap menjadi pemicu konflik di Indonesia. Untuk itu, dibutuhkan religiusitas (penghayatan) dari setiap warga negara terhadap ajaran agama masing-masing dengan kesadaran kebersamaan dalam perbedaan (agree in disagreement). Islam, sebagai agama mayoritas di Indonesia memiliki tanggung jawab untuk memberikan penyadaran akan keberagamaan dan kemestia menciptakan rahmatan lil ‘alamin bagi agama-agama lain. Dengan demikian dibutuhkan wadah kajian yang mengkhususkan diri mengkaji agama dan keberagamaan secara ilmiah akademik dalam wujud sebuah Program Studi.
Kajian secara ilmiah akademik dalam Program Studi PA tidak dimaksudkan untuk membedah dan memprofankan yang sakral, akan tetapi lebih pada core meneliti, memahami, dan menjelaskan implikasi serta dampak dari keberpihakan pemikiran teologis secara individu (pilihan keyakinan) serta realitas keberagamaan manusia secara positif. Penyajian materi perkuliahan di Program Studi PA didekati secara holistik, kritis dan terbuka terhadap perlbagai aspek dalam agama. Melalui kajian itu, agama diharapkan tidak lagi menjadi pemicu konflik, tetapi sebagai sumber integrasi, positif dan dinamis. Selain itu, diharapkan ditemukannya kebenaran yang paling kaffah dalam memahami keberagamaan dan keragaman beragama.
Sepanjang sejaran berdirina Program Studi Perbandingan Agama pernah mengalami masa-masa subur, yang di situ menghasilkan banyak lulusan yang cukup berpengaruh. Waktu pun bergulir, pergantian kepemimpinan di Program Studi Perbandingan Agama berganti. Di antara tokoh yang pernah memimpin Program Studi PA adalah sebagai berikut :
1.      Drs. H.A Farichin Chumaidy, MA (1968-1972)
2.      Drs. H. Moh. Cholil (1972-1976)
3.      Drs. H.A Farichin Chumaidy, MA (1976-1980)
4.      Drs. H. Moh. Cholil (1980-1984)
5.      Drs. H. Dadang Kahmad (1984-1989)
6.      Drs. H. Moh. Cholil dibantu Sekretaris Drs. H. Thoriq A. Hinduan (1989-1994)
7.      Drs. H. Undang Ahmad Kamaludin dibantu Sekretaris Drs. Abdul Syukur, MA (1994-1999)
8.      Dra. Yeni Huriyani, M.Hum dibantu Sekretaris Drs. Yusuf Wibisono, M.Ag (1999-2003)
9.      Drs. Rifki Rasyad, MA dibantu Sekretaris Drs. Casram (2003-2007)
10. Drs. Wawan Hernawan, M.Ag dibantu Sekretaris Deni Miharja, M.Ag (2007-2011)


Taaruf Jurusan

Written By perbandingan agama on Rabu, 09 November 2011 | 16:01

Kegiatan rutin Orientasi dan silaturahmi mahasiswa baru (OSABA) himpunan mahasiswa perbandingan agama (HMJ PA), akan dilaksanakan pada tanggal 18 November 2011, dengan kegiatan ini diharapkan mahasiswa baru akan lebih mengenal jurusan yang mereka ambil. Kali ini HMJ-PA mengusung tema “membangun karakter kempemimpinan yang peka terhadap masalah-masalah internal maupun eksternal dan mampu memberikan solusi”.
Dengan tema tersebut diharapkan mahasiswa perbandingan agama mempunyai jiwa kepemimpinan dalam bidang apapun, tanpa titel ketua sebenarnya kita adalah pemimpin bagi diri kita sendiri. Maka dari itu, karakter kepemimpinan perlu ditanamkan kepada setiap jiwa-jiwa yang akan menempuh perjalanan kehidupan yang penuh tantangan.
Kepekaan akan masalah-masalah internal dan eksternal merupakan keharusan yang dimiliki mahasiswa perbandingan agama, mulai dari masalah yang timbul di tataran jurusan perbandingan agama sendiri. Masalah-masalah yang timbul di kalangan sosial kadangkala membawa nama agama dan menyebabkan timbulnya konflik yang menyangkutkan agama kedalamnya, sehingga kerahmatan lilalaminan agama tercoreng dengan adanya hal tersebut.
Ketika kepekaan akan adanya masalah-masalah internal dan eksternal muncul, kadangkala dimunculkan hanya melalui wacana dan dialog saja, sehingga permasalah tersebut tidak menemukan titik terang. Maka dari itu, dengan OSABA ini diharapkan, mahasiswa perbandigan agama dapat memberikan solusi dan tindak lanjut dari permasalah yang terjadi, tak hanya menjadi sebuah wacana dan bahan tulisan yang menarik.
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. BEM JURUSAN PERBANDINGAN AGAMA - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website
Proudly powered by Blogger